Minggu, 12 April 2009

PUSARA USAKI

Oleh : Hasan Luthfy Attamimy

Kemarin
Sahabat-sahabatku gugur di medan reformasi
Jembatan Grogol memborong nafas-nafas sunyi
Citraland, dari tahtanya menangis
Tarumanegara menjerit histeris
Memandang Usaki bersimbah darah segar

Lukisan duka bercerita kepada dunia
Dari ilalang di pinggir rel-rel kereta api
Hingga bintang yang tidak lagi bersinar di tahtanya
Berbicara…
Mengutuk sang raksasa penggembala Sang Orba

Kemarin…
Sahabat-sahabatku gugur tuk mengukit reformasi
Mereka menitipkan sejarah penderitaan rakyat yang diintimidasi
Dalam sebuah sel politik kuning berjeruji

Suhuf-suhuf cabinet pembangunan
Telah pudar, tak terbaca lagi
Padahal terjilid besi kuning, berwarna emas
Kini, robek terkoyak-koyak
Oleh akar-akar ilalang kering yang tersisa di Usaki

Kemarin…
Sahabat-sahabatku
Membongkar pagar-pagar pelindung istana Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
Mereka ingin menggantinya, karena sudah using
Katanya “ Istana itu milik kita, milik kita…”
Kursinya sudah tua, reot terlalu lama
Lantainya pun sudah penuh dengan bercak-bercak noda

Memang tak nampak
Karena tertutup permadani indah, nan tebal
Tapi, aroma tak sedap terasa menusuk hidung, bau bangkai…
Sering disapu, tapi pura-pura disapu… kotor lagi…
Tertulis… “Berani ganti, subversi….”
Ooohhh…,


Kemarin…
Sahabat-sahabatku gugur di Usaki
Peluru bersarang merobek daging dan tulang
Namun tak pernah menyumbat rasa juang
Tak surut tuk melukis kemerdekaan di atas kanvas
Cita-cita para pahlawan
Usaki tak akan terkubur
Para mahasiswa tak akan hancur

Ingatlah tuan-tuan
Pusara di atas Usaki
Jeritan kampus di bumi ini
Menitikkan segenap darah kebangkitan
Meluapkan emosi suci tuk merobek kekuatan despotisme
Mereka gugur

Kini…
Tidakkah Tuan-tuan berzikir?
Tentang mereka
Tentang ilalang-ilalang yang menderita
Hampir tak makan, tak tersiram
Tuan lelap dalam arena Partai
Tertidur dalam mimpi-mimpi lambang

Tidakkah Tuan-tuan berzikirlah Tuan…?
Bukankah masih banyak ilalang di sekitar kita?
Bukankah masih banyak ilalang kering yang sudah sekarat?
Bukankah masih banyak bibit-bibit yang menjadi harapan bangsa?
Mereka tersiksa
Mereka menderita
Mereka sengsara

Kemarin
Sahabat-sahabtku bercerita tentang mereka
Tentang derita
Tentang nestapa
Tentang duka
Meski akhirnya mereka menjadi pusara


Poris Indah, 24 Agustus 1998
Tuk mengenang sahabat-sahabatku di Usaki sebagai pahlawan reformasi yang terbunuh pada hari Selasa, 13 Mei 1998. Mereka telah merelakan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan Negara.

Tidak ada komentar: